Jumat, November 28, 2008
…supaya menjadi nyata…
Supaya menjadi nyata dan supaya Anda tidak bertanya-tanya, ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya: Materius Kristiyanto. Saya terlahir sebagai anak kedua dari pasangan guru SD Kanisius, YW. Purwaharjono dan C. Waginem, kini keduanya telah pensiun, di sebuah desa, kurang lebih 20 kilometer arah Barat Daya Yogyakarta. Tepatnya: Ngaglik, Sukoreno, Sentolo, Kulonprogo. Rumah kami termasuk dalam wilayah Gereja paroki Wates Kulonprogo.
Masa kecil saya habiskan untuk sekolah dan membantu orang tua (mencari makanan atau menggembalakan sapi, bekerja di ladang atau di sawah). Tahun 1984 saya lulus SDK Bonoharjo, tahun 1987 lulus SMPN 1 Wates, tahun 1990 lulus SMAN 1 Wates, kemudian masuk KPA Seminari Menengah Mertoyudan, TOR Jangli, Seminari Tinggi Kentungan dan tahun 1999 diperkenankan menerima tahbisan imam.
Panggilan imam tumbuh dalam keseharian, kesederhanaan dan kenormalan. Tidak ada yang istimewa, semua serba biasa mengalir sebagaimana dikehendaki-Nya. Saya belajar banyak dari Bunda Maria yang melayani Yesus dalam kesehariannya. Bunda Maria bukan orang kota (Yerusalem) tetapi orang desa (Nazareth). Dia tidak melakukan hal-hal yang spektakuler tetapi yang sederhana dan sehari-hari dengan hati dan dengan cinta yang berkobar pada Yesus.
Begitulah, perutusan saya sesudah tahbisan adalah studi lanjut, tahun 2002 lulus Pascasarjana, kemudian tahun 2002-2004 berkarya di paroki Kidul Loji dan tahun 2004 diutus untuk belajar kembali ke Roma. Bapak Uskup memberi tugas untuk memperdalam Spitirualitas di Pontificio Instituto di Spiritualità Teresianum. Bulan Juni 2008 saya menyelesaikan tugas belajar itu dan kembali ke Indonesia.
…supaya menjadi nyata bahwa kekuatan yang berlimpah-limpah itu berasal dari Allah bukan dari diriku, itu motto tahbisan yang selalu memberi kekuatan saat saya menjalankan tugas-tugas perutusan. Dari satu sisi motto itu menyiratkan kerapuhan manusia, namun dari sisi lain menyatakan rahmat dan kebesaran Allah yang tak pernah habis. Dari sana saya selalu disadarkan bahwa pelayanan dan perutusan yang saya jalankan adalah rahmat dan demi rahmat.
Bila hidup diibaratkan sebagai sebuah perjalanan, saat saya berhenti dan menoleh ke belakang, “kekuatan yang berlimpah-limpah yang berasal dari Allah” itu menjadi sangat kentara. 4 tahun di negeri orang, tanpa bisa pulang kampung, bukanlah waktu singkat. Saya kadang heran sendiri, betapa Allah memelihara, melindungi dan menopang saya melalui orang-orang yang tidak pernah saya kenal sebelumnya.
Sekarang saya mendapat tugas perutusan baru untuk melayani umat paroki Katedral Semarang. Harapan saya tetap: supaya menjadi nyata - dalam pelayanan saya dan dalam Gereja Katedral - kekuatan berlimpah-limpah yang berasal dari Allah sehingga kemuliaan dan keselamatan-Nya semakin dirasakan oleh banyak orang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar